Sebuah Puisi Lawas Penulis Jadul
Saat
fajar menyingsing
dan
sang bagaskara mulai
mengintip
di balik cakrawala
malu-malu...
Hatiku
mulai resah
dan
memohon pada Sang Surya
untuk
cepat naik menuju langit
agar
aku bisa menjumpai
Dhuha
yang penuh keagungan
agar
terpuaskan rindu yang terpendam
saat
subuh menghilang
Hatiku
mulai resah
dan
memohon pada Sang Mentari
untuk
cepat beranjak ke ubun-ubun
agar
aku bisa menemui
Zhuhur
yang menyejukkan
di
tengah terik siang
yang
garang
agar
terlampiaskan rindu terpendam
saat
Dhuha berpamitan
Hatiku
mulai resah
dan
memohon Sang Bagaskara
agar
cepat tergelincir
untuk
menyongsong Ashar
dan
melepaskan kepenatan
agar
tertuntaskan rindu yang terpendam
saat
Zhuhur meninggalkan
Hatiku
mulai resah
dan
mohon Sang Surya
agar
cepat bersembunyi di balik kelam
untuk
memeluk Magrib yang menenangkan
dan
debu yang melekat dibersihkan
agar
terbuaikan rindu yang terpendam
saat
Ashar melambaikan tangan
Hatiku
mulai resah
dan
memohon rembulan cepat berjalan
untuk
menggapai Isya yang melenakan
dan
kesombongan pun terkalahkan
agar
teruraikan rindu yang terpendam
saat
Magrib beranjak
Hatiku
mulai resah
dan
memohon dewi bulan melewati pertengahan
untuk
tenggelam dalam Tahajjud yang memabukkan
dan
kesedihan pun terhapuskan
agar
terpupuskan rindu yang terpendam
saat
Isya berlalu
Hatiku
mulai resah
dan
memohon sang bulan segera pergi
memanggil
sang mentari
untuk
bertemu Subuh penuh pengharapan
agar
tertunaikan rindu yang terpendam
saat
Tahajjud terlewati
Duh,
Gusti...
Jangan
biarkan kerinduan ini
Benar-benar
terkikis dari hati
karena
dalam kerinduan ini
kutemukan
kebahagiaan sejati
Banjarmasin, 29 Oktober 2002
No comments:
Post a Comment