Friday, January 31, 2020

Alhamdulillah, Cukup Bugar


Apakah anda sehat? Alhamdulillah. Tapi apakah anda bugar? Jawabannya belum tentu. Karena sehat, belum tentu bugar. Sedangkan apabila bugar, sudah dipastikan Insya Allah - sehat. Begitu kata , Kepala Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) Provinsi Kalimantan Selatan, H. Agussalim Mooduto, SKM, M.Kes, menjelaskan kepada kami sebelum melakukan pemeriksaan kebugaran.

Ngomong-ngomong, kalian pernah ikut pemeriksaan kebugaran? Nah, Penulis Jadul juga baru pertama kali ini ikut yang namanya pemeriksaan kebudagaran, Rabu (20/01) lalu. Kata Pak Agus sih, pemeriksaan kebugaran ini merupakan rangkaian pemeriksaan kesehatan untuk pekerja termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Karena itulah, ketika atasan untuk tes kebugaran, mau gak mau, ya harus ikut. Untuk ASN, perintah atasan adalah tugas negara, ya gak?
Bapak Kepala LPMP Kalsel, Drs Nuryanto, M.Pd, menegaskan, semua wajib mengikuti tes kebugaran. Kalau ada yang mengaku sakit, harus diperiksa tim dokter dengan disaksikan oleh beliau sendiri. Akh, maklum aja lah, Bapak kepala kami jebolan sarjana guru olahraga, jadi sangat konsen dengan hal-hal yang berhubungan dengan olahraga dan kesehatan. Soalnya, beliau mengakui sendiri, bila kegiatan ini merupakan keinginan sejak bertahun sebelumnya yang baru terwujud sekarang.
Jadi begitulah, semua karyawan-karyawati LPMP Kalsel, baik yang ASN, Pegawai Tidak Tetap (PTT), bahkan 3 siswa SMKN-3 Banjarbaru yang kebetulan magang di LPMP ikut serta dalam tes kebugaran ini. Sementara pihak BKOM) Provinsi Kalsel yang bertugas juga puluhan, dari mendaftar, mengukur tanda vital kesehatan, melakukan pemanasan dan peregangan, mengawasi tes kebugaran sampai menyampaikan hasilnya juga berjumlah puluhan orang.
Pertama, kami harus registrasi atau mendaftar lebih dulu. Setelah mendaftar menunggu panggilan untuk diperiksa tekanan darah, denyut nadi dan kadar CO2 dalam tubuh. Untuk denyut nadi dan kadar CO2 tergolong normal, hanya tekanan darah Penulis Jadul rendah, hanya 90/70. Tapi memang sih, kebiasaan tekanan darah jarang tinggi, paling tinggi 130, itu pun pas maag kambuh dan kurang tidur.
Setelah itu diukur tinggi dan berat badan, lingkar perut, juga kadar lemak dalam tubuh, massa otot, usia sel, dan lain-lain. Alhamdulillah, termasuk yang normal, tidak kelebihan ataupun kekurangan. Hasil semua pemeriksaan dibawa untuk dikonsultasikan dengan dokter.
Lumayan banyak pertanyaan dokter kepada Penulis Jadul, terutama menyangkut tekanan darah yang tergolong rendah. Apakah pernah pingsan? Tidak, paling berkunang-kunang. Sekarang pusing kah? Tidak. Kemudian ditanya apakah pernah cedera, maka kujawab pernah cedera engkel kanan walau kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu, tapi terkadang masih terasa sakit, terutama apabila dipaksa kerja keras.
Nah, mungkin karena inilah, akhirnya dokter memutuskan memberika nomor dada ungu untuk penulis jadul. Tesnya hanya jalan secepat-cepatnya selama 6 menit. Sementara yang lainnya diberi nomor dada merah, dites lari sejauh 1,6 km secepat kemampuan.
Sempat bingung juga, tapi senang, hehehe… Saat itu ada beberapa rekan juga yang mendapat nomor  dada ungu. Alasannya macam-macam. Ada yang tekanan darah terlalu tinggi. Ada yang detak nadi atau jantung terlalu cepat, di atas normal, padahal belum tes. Ada juga yang karena sering pingsan.

Jadi begitulah. Setelah ikut pemanasan dan peregangan bersama rekan-rekan lain yang dipandu petugas BKOM, termasuk yang bernomor dada merah, kami yang bernomor dada ungu bersiap dites. Seorang petugas dari BKOM memberi aba sambil menghitung menit melalui stop watchnya.

Menit-menit awal, bisa jalan cepat setengah berlari. Tapi lama-lama langkah berat juga. Pandangan mulai mengabur alias tidak fokus. Jadinya, langka semakin lambat dan semakin lambat. Hasilnya, selama 6 menit, Penulis Jadul hanya berhasil menempuh 535 meter.
Tidak terlalu melelahkan memang, dibanding rekan-rekan lain yang berlari sejauh 1,6 kilometer atau 10 putaran. Rata-rata menghabiskan waktu 13-20 menit. Pastinya, ngos-ngosan dan kecapekan.

Kesimpulan pemeriksaaan kebugaran yang Penulis Jadul ikuti hasilnya cukup bugar. Tapi kekuatan jantung paru kurang sedikit, karena dalam 6 menit hanya berhasil menempuh 535 meter, seharusnya 660 meter, jadi kurang 125 meter. Oleh karena itu, disarankan untuk berolahraga; entah renang, bersepeda atau paling tidak jalan sebanyak 10 ribu langkah sebanyak 2 kali dalam seminggu, supaya lebih bugar lagi.Sementara untuk cedera engkel yang masih sering kambuh, harus rajin diterapi peregangan di bagian engkel yang cedera.
                                                   Banjarbaru, ditulis 31 Januari 2020

Silakan nonton videonya di https://www.youtube.com/watch?v=ACidvWdMDJQ

Pemancing Amatir

Kalian suka memancing? Hobby memancing?

Penulis jadul tidak.  Tapi pernah mencoba ikut rombongan memancing. Hasilnya, ikan kecil-kecil dan sedikit. Hehehe…
Rencana pergi memancing keluarga besar suami sudah dirancang lumayan lama. Tapi sering molor, karena ada saja anggota keluarga yang berhalangan. Akhirnya disepakatilah Minggu, 16 Juni 2019 lalu, kami berangkat memancing. Tujuannya waduk Riam Kanan, di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Niatnya, berangkat pagi-pagi, sekitar pukul 08.00 Wita. Kenyataannya, karena saling menunggu, 09.00 lebih baru berangkat. Sebelumnya singgah membeli nasi pecel untuk makan.
Sekitar satu jam kemudian, sampailah kami di Pelabuhan Tiwingan, Riam Kanan. Ramai luar biasa. Seperti pasar malam. Area parkir pelabuhan hampir penuh. Sulit bagi kami untuk mencari lokasi untuk parkir, sehingga tumpangan dan barang diturunkan dulu, baru mencari lokasi untuk parkir. Sementara anggota rombongan lain sudah menunggu di pelabuhan.
Kami menuju kelotok atau perahu yang telah disewa untuk membawa kami ke tengah waduk. Ukuran kelotok lumayan besar sehingga lebih dari cukup untuk anggota rombongan kami yang berjumlah 12 orang. Ada wc di bagian belakang kelotok. Di dalamnya juga disediakan kompor gas untuk memasak bekal mie instan, kacang dan lain-lain.

Sebelum memulai memancing, kami harus mencari umpan terlebih dahulu. Karena itulah kami singgah di beberapa lokasi untuk menangkap udang-udang kecil. Om Hari, Sukma --- Anak Om Hari, Tukang kelotok, turun dari kelotok, berendam di waduk untuk menangkap udang. Mengejutkan, udang yang berhasil mereka tangkap tidak sebanyak biasanya. Katanya sih, karena air sedang pasang.
Setelah merasa umpan yang dikumpulkan cukup, kami mulai mencari spot pemancingan. Sepanjang perjalanan, kami menikmati pemandangan sekitar waduk yang indah dan menyegarkan mata.
Tak terasa kami sampai di lokasi pertama. Masing-masing anggota rombongan mengambil alat pancing dan umpan untuk mengadu peruntungan. Untung Om Hari, Sukma, dan Pak De Toto yang memang hobby memancing, membawa pancingan lumayan banyak untuk kami pakai. Meski begitu, Penulis Jadul tidak ikut mancing. Hanya menonton dan memperhatikan mereka yang memancing, sambil mengambil foto atau video.
Anehnya, hampir tak ada ikan yang mematuk umpan-umpan kami. Bukan Cuma para pemancing pemula yang umpannya enggan disentuh ikan, para pemancing mania yang hampir setiap minggu memancing, sama nasibnya. Zonk.

Waktu terus berjalan. Kami kemudian berpindah lokasi. Berharap peruntungan berubah. Tapi ternyata, hasilnya hampir sama. Kalaupun akhirnya ada 1-2 ikan yang mematuk umpan kami, ukurannya kecil. Bisa dibilang masih anak ikan.
Demikianlah. Meski beberapa kali pindah lokasi, tetap seperti itu kondisinya. Sampai matahari beranjak menuju senja. Kami memutuskan untuk kembali ke pelabuhan dan pulang. Hasil ikan yang dipancing memang tidak sebagaimana yang diharapkan, tapi kami puas menikmati pemandangan matahari terbenam.


Usut  punya usut, ternyata banyak rombongan pemancing lain, bernasib sama dengan kami. Katanya sih, karena air pasang. Mungkin, pada air pasang, ikan-ikan besar puasa. Jadi yang memakan umpan pancing, cuma ikan kecil-kecil. Hehehe…
Nah, begitulah pengalaman pertama Penulis Jadul ikut memancing. Pengalaman kalian bagaimana?
Banjarbaru, ditulis 27 Januari 2020 

Kepsek Banjarbaru Antusias Daftar Sekolah Penggerak

Para kepala sekolah di Banjarbaru antusias mendaftar Program Sekolah Penggerak (PSP). Antusiasme ini terlihat di Aula Pangeran Antasari, Lem...