Selamat Hari Pers Nasional. Ingat momen ini karena banyak spanduk bertebaran. Pasalnya, orang nomor 1 negeri ini ikut hadir dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2020 yang dilaksanakan tanggal 5-9 Februari lalu. Momen ini menginggatkan lagi Penulis Jadul ketika masih berkecimpung di dunia tanpa koma ini puluhan tahun lalu.
Pekerjaan orang gila, demikian istilah
yang diberikan salah seorang wartawan senior, Rosihan Anwar tentang pekerjaan
seorang jurnalis. Pasalnya, jam kerja seorang jurnalis itu selama 24 jam 7
hari. Tak ada istilah libur.
Semula ketika diberitahukan pertama
kali, Penulis menganggapnya lebay kalau istilah sekarang. Terlalu hiperbola
atau melebih-lebihkan. Pasalnya, digambarkan saat Penulis Jadul training
sebelum bekerja sebagai jurnalis atau wartawan di Banjarmasin Post Group,
perusahaan media terbesar pada saat itu.
Sebelumnya, Penulis Jadul mengikuti
proses perekrutan sebagai wartawan karena ikut melamar lowongan kerja sebagai
anggota redakso yang ditawarkan di Banjarmasin Post. Meski kualifikasi
pendidikan yang diminta adalah Sarjana (S1), tapi Penulis tetap nekat
memasukkan lamaran dengan Ijazah D3, karena merasa punya kemampuan menulis.
Alhamdulillah, tetap dipanggil
mengikuti seleksi sebagaimana puluhan peserta lainnya. Kalau tidak salah saat itu Bulan Agustus
1999. Mulanya seleksi tertulis. Materinya pengetahuan umum, dan psikotes juga.
Ada juga tes mengarang bebas. Kemudian tes Bahasa Inggris, menerjemahkan Bahasa
Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Kalau disuruh mengarang bebas,
berlembar-lembar tidak masalah bagi penulis, karena sudah biasa. Kemudian
menerjemah, juga tidak masalah karena Penulis memiliki ijazah Bahasa Inggris.
Terakhir, saat wawancara, dengan bangga dan optimis, Penulis memperlihatkan
kliping cerpen yang dimuat di majalah.
Singkat cerita, Penulis Jadul
dinyatakan lulus, dan sebelum bekerja harus mengikuti pelatihan Jurnalistik
selama 2 minggu. Kalau tidak salah, ketika itu pesertanya sekitar 20 orang.
Pelatihnya, selain dari Banjarmasin Post sendiri, juga ada dari luar, karena
Banjarmasin Post sudah masuk dalam grup nasional Kompas, salah satunya adalah
Yusran Pare dan 1 lagi lupa namanya, tapi beliau dari Harian Bernas, Semarang
yang juga merupakan anggota grup Kompas.
Selain materi dari para pelaku
jurnalisme, kami juga diberikan modul yang berisi materi dan soal-soal yang
harus kami selesaikan. Meskipun waktu itu sudah ada komputer, tapi kami
diwajibkan menyelesaikan soal-soal tersebut menggunakan mesin tik kuno yang
bentuknya besar dan berat. Bila salah, kami tidak boleh menghapus menggunakan
tip ex, melainkan mengulang mengetik dari awal.
Begitulah… Baru pelatihan saja kami sudah
digojlok sedemikian rupa. Peserta mulai menyusut satu per satu. Para pelatih
sengaja, bahkan memberi kesempatan yang tidak sanggup untuk mundur. Karena
kerja wartawan itu berat, jauh lebih berat dari pelatihan yang kami hadapi.
Penulis Jadul sendiri sempat berniat
mundur. Tapi orang tua mengingatkan dan menguatkan, makanya tetap bertahan.
Katanya, gambaran yang diberikan pelatih untuk mempersiapkan kami menghadapi
kondisi terburuk. Padahal kenyataannya, belum tentu seburuk itu. Kalaupun
seburuk itu, kami sudah siap, tidak kaget lagi.
Maka Penulis Jadul bertahan. Sampai
akhir pelatihan selama 2 minggu. Selesai pelatihan di tempatkan di Surat Kabar
Harian Metro Banjar, yang merupakan koran baru terbitan Banjarmasin Post untuk
pasar masayarakat menengah ke bawah. Terbit pertama tanggl 9 bulan 9 atau
September tahun 1999.
Awal-awal, kami kesulita mencari sumber
berita. Tidak tahu harus pergi ke mana. Apalagi Koran Metro sama sekali belum
ada wujudnya. Tapi seiring waktu, kesulitan ini teratasi karena masyarakat
mulai mengenal Metro. Tapi bukan berarti tantangan dan kesulitan semakin
ringan.
Benar kata Rosihan Anwar, wartawan itu
pekerjaan orang gila yang tidak kenal waktu. Benar juga kata pelatih, tentang
gambaran kendalan, tantangan, dan masalah yang akan kami hadapi selama di
lapangan. Selama 4 setengah tahun, Penulis Jadul bertahan di dunia tanpa koma
milik orang gila, setelah itu memilih mundur teratur sebagai guru honorer di
sebuah SMK swasta.
Tapi bukan berarti selama 4,5 tahun
jadi wartawan itu tidak enak melulu. Banyak juga sukanya. Pengalaman bertemu
orang-orang hebat, belajar banyak fakta kehidupan orang lain. Bisa masuk ke
bidang apapun, bergaul dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang.
Melihat dan mengalami hitam putihnya kehidupan.
Kadang, rindu juga dengan dunia tanpa
koma. Rindu menjadi orang gila. Hehehe… Yang jelas, Penulis Jadul rindu bisa
menulis selancar ketika masih jadi wartawan, karena diberi target 3 berita per
hari. Pekerjaan penuh tekanan yang kadang menyenangkan.
Selamat Hari Pers Nasional untuk
rekan-rekan jurnalis. Selamat berjuang di dunia tanpa koma yang tentunya
semakin gila karena cepatnya arus informasi lewat teknologi. Tetaplah menulis
fakta untuk pelajaran dan hikmah bagi para pembaca.
Banjarbaru, ditulis 10 Februari
2020
Kunjungi, tonton,
like, komen, dan subribe juga di channel youtube
Follo Instagram, FB, Twitter, Wattpad, Inspirasi, dan Plukme



No comments:
Post a Comment