FAISALmenghentikan langkahnya beberapa meter dari teras kos Airin. Dia melihat dua sosok tubuh keluar dari pintu. Sosok tubuh Airin dan … Pandu! Tuhan, haruskah aku kehilangan gadis itu juga sekarang?
Mereka tertegun memandang Faisal yang bediri mematung. Lama mereka Cuma saling pandang. Pandu yang mula-mula bergeming. Mengangguk kea rah Airin sebagai ucapan pamit. Lalu aku melangkah kea rah Faisal.
Di hadapan Faisal, Pandu berhenti. Diletakkannya telapak tangan ke bahu Faisal. “Kau belum terlambat, Sobat,” bisiknya lirih, agak serak. “Belum pernah kulihat gadis setabah dan segar dia.”
Pandu menepuk-nepuk bahu Faisal, sebelum akhirnya melangkah lagi.
Faisal menatap Airin, nyaris tak percaya. Pelan dia mendekati. “Ak… aku ber … angkat besok, Rien<’ ucapnya tersendat. Menelan ludah berkali-kali untuk membasahi tenggorokannya yang kering. “Aku tak bisa pergi sebelum memastikan kau akan sabar menanti kepulanganku.”
Airin terbelalak. Tak salahkah pendengaranku, Tuhan? Bisik hatinya lirih. Baru saja aku menghadapi dilemma. Hampir saja dia menerima Pandu tadi, karena sudah terlalu putus asa. Elang itu semakin jauh saja dari jangkaunya. Dia tak pernah lelah berpetualang. Tak pernah mempedulikannya walau sekadar mengucap pamit sebelum kepergiannya. Untunglah hati kecil Airin menolak. Pandu akhirnya pulang membawa kecewa. Biarlah! Kelak akan ada cewek lain yang cocok untuknya.
Tapi sekarang Sang Petualang itu datang. Dia mengharap aku menunggunya pulang. Bodohnya dia! Bukankah selama ini aku selalu menunggu walau tanpa dia minta?
Mata Airin berbaca. Makin menebal, menggumpal di sudut mata. Butiran bening itu, kemudian merembet di sela bulu mata, dan meleleh merayapi pipinya yang mulus.
Faisal mendekat. Ada sesal yang menyesak dadanya. Gemetar tangannya terangkat, menghapus airmata yang mengalir di pipi Airin dengan telunjuknya.
Tuhan, aku telah membuat gadis ini menderita cukup lama! Faisal merengkuh bahu Airin, membawanya ke rengkuhannya, dipeluknya erat. “Aku menyayangimu, Airin. Aku membutuhkan kamu. Aku takut kehilangan dirimu,” desahnya serak.
Airin makin terisak. Tubuhnya berguncang di pelukan Faisal. Tangis haru dan bahagia. ***
Dimuat sebagai Cerita Utama di Anita Cemerlang Vol. 543 Tgl. 2 - 12 Mei 1996
Terima kasih sudah membaca cerita ini... Silakan baca cerita lainnya, ya...! Selamat membaca...

No comments:
Post a Comment