Wednesday, October 3, 2018

Cewek Cuek (Bagian 5 - Tamat)


“KATANYA mau bicar. Bicaralah!” suruhnya sambil menunduk, menghindari tatapanku.
            “Aku tidak bisa bicara bila kamu menunduk begitu. Aku ingin kamu mengangkat wajah dan melihat padaku.”
            “Kenapa harus begitu?”
            “Karena yang akan kubicara adalah masalah penting. Masalah perasaanku padamu.”
            Ines tampak makin gelisah. Dia mulai salah tingkah. Aku sudah cukup hapal kebiasaannya. Setelah mengenalnya cukup dekat, aku bisa membenarkan hipotesa Mbak Lin tentang Ines.
            Biarpun kami sudah cukup akrab, Ines masih suka malu-malu. Dia memang sudah bisa mengelak bila digoda, tapi tetap saja wajahnya berubah warna, bersemu merah. Satu lagi, dia tidak pernah menatap wajahku lebih dari tiga detik. Bila sedang ngobrol, matanya lebih sering ke arah lain daripada kepadaku. Bila aku yang coba memandang lekat matanya, dia selalu menghindar dengan menunduk atau memalingkan wajah.
            “Nes,” ujarku lembut. “Aku menyayangimu, pernahkah kamu sadari itu?”
            Ines tergugu. Dia gelagapan seperti ikan yang kehabisan air. Tidak mampu berkata-kata.
            “Kamu mau tidak jadi pacarku?” Aku melanjutkan.
            “Ak... aku...” Ines tergagap.
            Aku menghela nafas. Memang harus sabar menghadapi cewek seperti Ines. Penampilan luarnya saja yang cuek, tapi sesungguhnya pemalunya setengah mati. Salahku sendiri mengapa iseng mendekatinya hanya gara-agar penasaran dengan hipotesa Mbak Lin tentang Ines.
            Akhirnya aku terjebak sendiri dalam pesonanya yang menjerat dengan malu-malu, dan tidak bisa lagi keluar. Aku sangat menyukai wajah polosnya yang mudah tersipu. Aku suka senyumnya yang malu-malu. Aku menyukai sifatnya yang jinak-jinak merpati.
            “Kenapa harus aku, ren?” tanyanya dengan susah payah.
            “Kenapa, ya?” Aku menggumam. “Sejujurnya kujawab, aku tidak tahu. Ini menyangkut soal hati. Perasaan itu tidak bisa dilukis dan diungkapkan dengan kata-kata. Pokoknya aku suka.”
            “Tapi kamu belum benar-benar mengenalku.”
            “Aku mengenalmu lebih dari yang kamu kira.”
            “Tapi aku...”
            “Nes, aku tahu kamu ragu.” Aku lebih dulu memotong kalimatnya. “Bagaimana bisa yakin bila kamu tidak mau mengangkat wajahmu dan memandangku? Lihatlah mataku! Kamu akan tahu apakah aku berkata jujur atau bohong belaka, karena mata tidak mungkin  bisa berdusta.”
            Ines membasahi bibirnya berkali-kali. Matanya mengerjap gelisah.
            “Nes!”
            Perlahan Ines mengangkat wajah. Matanya memandang lurus, menatap langsung mataku. Aku tertegun. Aku pun baru kali ini bisa menatap langsung matanya dengan leluasa. Mata yang bening dengan sepasang bola mata yang kecoklatan. Beriak-riak bagai telaga disiram gerimis. Jauh di dasarnya kutemukan binar kasih yang membias lembut.
            Hanya beberapa menit, Ines kembali membuang muka dengan pipi merah saga.
            Aku tersenyum. Bagiku itu sudah cukup. Tanpa berkata sepatah pun, aku tahu bagaimana perasaan Ines padaku. Cewek cuek tapi pemalu itu juga menyukaiku.

No comments:

Post a Comment

Kepsek Banjarbaru Antusias Daftar Sekolah Penggerak

Para kepala sekolah di Banjarbaru antusias mendaftar Program Sekolah Penggerak (PSP). Antusiasme ini terlihat di Aula Pangeran Antasari, Lem...