“KITA pulang, Di?”
“Pulang?” Dian membelalakan matanya yang bagus.
“Iya, emang kita mau nginap di sini?”
“Nggak! Kita ngucapin selamat dulu pada mereka.”
“Ap… apa?”
Dian tertawa melihat wajah Ully yang berubah pucat. Dia menggeleng-gelengkan kepala sambil menepuk bahu Ully.
“Kenapa, heh? Kamu nggak mau? Takut?”
Ully terdiam sesaat. “Baik, pergilah kau! Aku tunggu di sini.”
“Kamu benar-benar tidak ikut?”
Ully menggeleng.
“Kok, gitu? Mereka sudah main begitu bagus, mengeluarkan segala kemmapuan yang ada. Kasih selamat, kenapa, sih?”
“Dian, aku …”
“Ya, sudah.” Dian mengibaskan tangannya. “Aku pergi dulu.”
Dian berlari-lari kecil, menyusul teman-temannya yang sudah menghilang duluan.
Ully menghela nafas. Dilemparkannya pandangan ke papan skor yang masih belum diubah panitia. Kemenangan untuk sekolahnya. Angka lawan ketinggalan jauh.
Sebagian dari angka itu adalah hasil usahamu, Ar, bisik Ully sambil tersenyum tipis. Kamu memang hebat. Aku kagum. Sebenarnya aku ingin sekali mengucapkan selamat padamu. Tapi… ah!
Ully menghempaskan pandangannya ke rerumputan. Menunggu kedatangan Dian dengan sabar.
*** Bersambung ke Bagian Berikutnya, ya...! ***

No comments:
Post a Comment