Sunday, September 23, 2018

Menanti Hujan (Bagian 5 - Tamat)


BAGAIdisengat listrik ribuan volt saat melihat bendera hijau tanda berdukacita berkibar di depan musholla. Kudekati papan pengumuman yang berisi data orang yang meninggal. Seketika itu juga kesadaranku hilang melihat nama Ramadhan terpampang.
“Saat hujan kemarin, sebuah mobil slip dan menabrak Ramadhan yang berjalan di bawah guyuran hujan. Dia terlempar dan meninggal,” ujar Pak Saidi kepada pelayat dengan suara serak.
Aku tergugu. Tak bisa berkata apa-apa. Hanya airmata yang mengalir bak guyuran hujan. Terlebih saat Pak Saidi memberi secarik kertas berisi puisi Sapardi Djoko Damono. Puisi tentang kecintaian hujan kepada awan. Di pojok atas tertulis namaku sebagai awan.
 ***

MENANTIhujan di Bulan Ramadhan. Tidak seperti tahun lalu, Ramadhan kali ini kemarau sangat panjang. Sama sekali tak ada hujan. Bahkan bumi yang kerontang terbakar dan menebar kabut asap yang menyesakkan.
Aku menanti hujan. Agar guyurannya mampu membasuh kerinduanku padamu, Ramadhan. *** Tamat ***
Thank you for reading --- Terimakasih sudah membaca. Semoga bermanfaat, dan baca juga cerita lainnya, ya...!

No comments:

Post a Comment

Kepsek Banjarbaru Antusias Daftar Sekolah Penggerak

Para kepala sekolah di Banjarbaru antusias mendaftar Program Sekolah Penggerak (PSP). Antusiasme ini terlihat di Aula Pangeran Antasari, Lem...