Thursday, September 20, 2018

Menanti Hujan (Bagian 2)


ESOKharinya kuajak Siska menemui Ramadhan di musholla. Pura-puranya, mengembalikan payung yang kupinjam. Di sana kulihat dia bersama tiga bocah sedang belajar mengaji.
Melihat kedatangan kami Ramadhan menghentikan kegiatannya. Dia menghampiri kami. Dalam kondisi kering dia sama menariknya saat sedang basah kuyup. Bahkan Siska sampai terlongo-longo menatap. Kena dia sekarang! Aku sempat kesal ketika dia mentertawakanku habis-habisan. Dia pikir aku bohong tentang Ramadhan, marbot musholla kompleks kami yang cakep kayak model.
“Non Chacha kok, repot-repot. Tidak usah dikembalikan juga tidak apa-apa,” ujarnya.
Sementara murid-muridnya kasak-kusuk menggoda.
“Maaf, Non. Mereka memang usil.”
“Murid-muridmu hanya tiga orang?”
Ramadhan tersenyum. “Ah, Non… tiga juga syukur. Mereka itu anak-anak satpam teman bapak.”
“Bukan anak-anak penghuni kompleks?” Siska bertanya.
“Mana mungkin anak-anak penghuni kompleks mau diajari saya? Tentunya, mereka bisa mencari guru yang lebih hebat.”
Nada suaranya datar saja, tapi mampu membuatku tertegun. Kuamati kondisi musholla, tidak jauh beda dengan penampilan marbotnya --- sangat bersahaja. Sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu, sebagian lagi disemen. Warna catnya sudah mulai memudar. Sangat kontras dengan kondisi rumah di komplek yang bisa dikategorikan sebagai rumah mewah.
“Keberatan kalau muridmu tambah beberapa orang lagi? Tapi  bukan bocah, jadi mungkin lebih sulit untuk mengajari,” tanya Siska.
Aku menoleh. Siska memberi isyarat dengan kedipan mata.
Ramadhan terperanjat.
“Oya, ini temanku, Siska,” ujatku buru-buru memperkenalkan.
Ramadhan mengangguk hormat.
“Benar, Non berdua ingin belajar mengaji?” Ramadhan bertanya sangsi. Dia cepat mengerti arah pembicaraan Siska.

“Tentu saja!” Siska mengangguk mantap. “Ya kan, Cha?”
                                                               ***
Bersambung ke bagian berikutnya, ya... ^_^

No comments:

Post a Comment

Kepsek Banjarbaru Antusias Daftar Sekolah Penggerak

Para kepala sekolah di Banjarbaru antusias mendaftar Program Sekolah Penggerak (PSP). Antusiasme ini terlihat di Aula Pangeran Antasari, Lem...